Antisipasi Bencana Banjir dan LongSor
Antisipasi Bencana Banjir dan LongSor
A. Banjir
Trend bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Bencana hidrometeorologi seperti banjir terjadi rata-rata 70%. Perubahan
iklim global, perubahan penggunaan lahan dan meningkatnya jumlah penduduk makin
memperbesar ancaman risiko bencana di Indosnesia. Bencana tersebut telah
menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang besar.
Proses terjadinya banjir :
Banjir sering kali terjadi pada saat
hujan deras air hujan tidak dapat ditampung oleh sungai yang menyebabkan air
hujan naik, dan terjadilah banjir.
Penyebab
terjadinya banjir :
1.
Hujan yang terus-menerus
2.
Penuhnya air sungai
3.
Kurangnya tempat menampung air hujan,
seperti waduk
4.
Penuhnya sampah diareal sungai sehingga
saluran air tersumbat
5.
Tersubatnya selokan di areal perumahan
Akibat
terjadinya banjir :
1.
Timbulnya berbagai penyakit dan
pencernaan
2.
Rumah-rumah banyak yang rusak
3.
Barang-barang banyak yang tergenang air
Antisipasi
bencana banjir
Diadakannya program Jaringan Pengaman Ekonomi
dan Sosial (Japes), untuk melakukan penanggulangan bencana banjir . Mengantisipasi bencana banjir dan
longsor, Kantor Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) saat ini tengah
menyiapkan sebuah sistem peringatan dini (early warning system/EWS).
Seperti
diungkapkan Kepala Bidang Kebutuhan Masyarakat Kementerian Ristek Teddy W
Sudinda, diharapkan pertengahan tahun 2008 alat tersebut sudah selesai dibuat. “Mencontoh
EWS Tsunami, kami sedang mempersiapkan peralatan dan sumber daya manusia,
sehingga nantinya kerugian harta benda bisa ditekan,” katanya dalam sebuah
diskusi di Jakarta (5/1). Teddy berpendapat, koordinasi antar instansi seperti
sekarang ini mutlak diperlukan karena pihaknya tidak bisa mengerjakan semuanya
itu sendiri. Instansi tersebut adalah BMG, Lapan, Bakorsurtanal. PU, LIPI,
BPPT, Dep. ESDM dan Pemda.
Peralatan tersebut pertama kali akan diuji coba di DKI Jakarta dengan pertimbangan sokongan peralatan yang cukup memadai dan daerah ini sudah menjadi langganan banjir.
Oleh
karena itu upaya penanggulangan bencana di Indonesia harus terus ditingkatkan.
Pada tahun 2011 beberapa kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana
antara lain:
1. Penyelesaian rehab rekon untuk Wasior,
Mentawai dan Merapi
2. Penyelenggaraan Asean Regional Forum Disaster Relief
Exercise (ARF-DiReX 2011) di Menado pada 13-18 Maret 2011. Kegiatan latihan
penanggulangan bencana tersebut diikiti oleh 27 negara dengan melibatkan
peserta sekitar 10 ribu dengan berbagai peralatan seperti helicopter, pesawat
terbang, kapal, mobil recue dan sebagainya.
3. Penyusunan peta risiko bencana nasional di tingkat
provinsi. Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi akan dipetakan risiko bencana
dengan basis peta dasar 1:50.000. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan skala 1:
25.000 dan lainnya 1:100.000. Indonesia akan menjadi negara pertama di dunia
yang memiliki peta risiko hingga tingkat kedetilan seperti tersebut dan hal ini
disampaikan oleh UN-ISDR (United Nation the International Strategic for
Disaster Reduction)
4. Penyusunan rencana penanggulangan bencana daerah di tingkat
provinsi untuk 33 provinsi.
5. Peningkatan kesiapsiagaan pemerintah,
swasta dan masyarakat.
6. Sertifikasi relawan dengan target 10
ribu relawan pada tahun 2011.
7. Peningkatan pengurangan risiko bencana melalui
program-program nasional di kementerian, lembaga dan komunitas.
8. Peningkatan kapasitas bagi BPBD di
daerah.
B.
Longsor
Trend bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Bencana hidrometeorologi seperti longsor terjadi rata-rata 70%.
Perubahan iklim global, perubahan penggunaan lahan dan meningkatnya jumlah
penduduk makin memperbesar ancaman risiko bencana di Indosnesia. Bencana
tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang besar.
Proses
terjadinya longsor :
Longsor
sering kali terjadi pada saat musim hujan, dikarnakan tidak adanya
pohon untuk menahan air sehingga tanah
yang terjal tidak dapat ditahan dan akhirnya jatuh dan terjadilah hujan.
Penyebab terjadinya longsor :
1.
Hujan yang terus-menerus
2.
Hutan gundul
3.
Kurangnya penghijauan
4.
Padatnya penduduk yang menyebabkan
tanah kosong berkurang
Akibat terjadinya longsor
1.
Rumah-rumah rusak diterjal tanah
2.
Harta benda hilang
3.
Banyak nyawa melayang
Ciri Daerah Rawan Longsor
1. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat
2. Lapisan tanah tebal di atas lereng
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik
4. Lereng terbuka atau gundul
5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing
6. Banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil
7. Adanya aliran sungai di dasar lereng
8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau saranan
2. Lapisan tanah tebal di atas lereng
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik
4. Lereng terbuka atau gundul
5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing
6. Banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil
7. Adanya aliran sungai di dasar lereng
8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau saranan
Lainnya.
9.
Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan
Antisipasi bencana longsor
1.
Menutup retakan pada atas tebing dengan material lempung.
2. Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan guna lahan.
3. Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng.
4. Waspada padsa saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama
2. Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan guna lahan.
3. Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng.
4. Waspada padsa saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama
Yang
dilakukan pada saat dan setelah longsor
1. Karena longsor terjadi pada saat
yang mendadak, evakuasi penduduk segera setelah diketahui tanda-tanda tebing
akan longsor.
2. Segera hubungi pihak terkait dan lakukan pemindahan
korban dengan hati-hati.
3. Segera lakukan pemindahan penduduk ke tempat yang aman
3. Segera lakukan pemindahan penduduk ke tempat yang aman
Antisipasi
kemiskinan hidup dalam masyarakat Bali
Kemiskinan
dan pengangguran yang menyulitkan bukti, banyhidup masyarakat bisa turut memicu
konflik sosial, sebagaimana pernah terjadi di Bali. Karena itu, salah satu cara
mencegah potensi konflik adalah dengan membangun kesejahteraan ekonomi yang
berkeadilan.
Kemiskinan
menyebabkan para anak-anak di bawah umur menderita terbukti, banyak anak
dibawah umur telah bekerja membanting tulang untuk menghidupi dirinya.Mengapa pemerintah
tidak membuat UUD Untuk melindungi anak-anak dibawah umur.
Kemiskinan
dan pengangguran bisa membuat masyarakat gelisah dan mudah terpancing emosinya.
Dipicu isu sensitif sedikit saja, masyarakat yang tertekan hidupnya akibat
tidak punya pekerjaan mudah larut dalam pertikaian.
Ada juga
beberapa faktor pemicu lain, seperti masalah ketidakadilan, politik, tata
ruang, dan pendidikan rendah. Terkadang, konflik sosial juga mengikutsertakan
agama sehingga semakin sulit dihentikan.
Hal yang menyebabkan terjadinya kemiskinan
1.
Banyaknya pengangguran
2.
Pendidikan yang rendah
3.
Tingkat kejahatan yang merajalela
4.
Malasnya manusia jaman sekarang
5.
Kebodohan yang tak pernah hilang
Antisipasi
kemiskinan
1. Membangun keadilan hukum
2. Tata ruang yang baik
3. Meningkatkan pendidikan masyarakat
4. Perlu juga mencegah keikutsertaan agama
dalam konflik.
Komentar
Posting Komentar